Vatican 8

Juli 21, 2009 at 1:06 pm 1 komentar

SEJUTA LILIN DUKA LINTAS IMAN UNTUK GUS DUR

Saudari dan saudaraku terkasih,

Saya baru kembali dari Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Di sana saya menyaksikan wafat Gus Dur sebagai peristiwa bangsa. Bahkan lebih dari itu, wafat Gus Dur merupakan peristiwa iman.  Ia wafat namun tetap hidup. Pada malam hari ini saya menyaksikan semangat hidupnya dalam diri kita semua. Sebagai ungkapan akan kehidupan itu saya panjatkan doa.

DOA

Untuk seorang Abdurrahman Wahid

(Abdi Allah yang Rahman -Mahabaik -dan yang  wahid –Esa)

Ya,  Allah,

Lihatlah umat-Mu berkumpul di  tempat ini

tempat di mana kemerdekaan bangsa ini pernah diproklamasikan.

Kami berkumpul untuk mengenang seorang abdimu, Abdurrahman Wahid.

Sekarang ini kami  merasa dipersatukan oleh sebuah perasaan kehilangan;

Kehilangan seorang pemimpin yang terpelajar

Kehilangan seorang pemikir yang merakyat

Kehilangan seorang guru yang cerdas

Kehilangan seorang bapak yang penuh kasih

Kehilangan seorang beriman yang tabah

Kehilangan seorang sahabat yang baik, bahkan jenaka juga.

Kau panggil dia kehadirat-Mu.

Bak sebuah mulut

tiba-tiba dunia kami seperti merasakan sebuah gigi yang tanggal

dan kami merasa gagal untuk berucap.

Kami terpukau dan menjadi  gagap tetapi ingin bertanya pada-Mu,

apa kehendak-Mu dengan peristiwa kepergiannya ini.

Allah yang Mahabesar,

Kauambil dia dari tengah-tengah kami, sehingga kami merasa kecil.

Padahal saat ini adalah saat yang tepat

ketika kami sedang sangat memerlukannya.

Allah yang Maha Baik,

Kauambil yang baik di antara kami

sehingga kami khawatir jangan-jangan yang jahat akan menyergap kami.

Maka kami berkumpul di sini untuk berdoa agar Kauteguhkan

agar kaukuatkan

agar kaubuka hati dan pikiran kami

untuk lebih mampu menyadari rahmat-Mu

yang selama ini Kausampaikan kepada kami melalui dia.

Dia yang tahu apa artinya menjadi manusia, makluk yang Kau beri kemerdekaan.

Dia yang tahu bagaimana mempergunakan kemerdekaan  itu.

Dia yang tahu bahwa manusia bemartabat sama,

sehingga harus saling menghormati.

Dia yang tahu apa artinya perbedaan: bukan untuk membuang yang tidak sama, melainkan saling melengkapi dan memperkaya.

Allah yang Esa,

satukan kami untuk mencecap rahmat dan kebijaksanaan-Mu

yang selama ini telah Kausampaikan melalui abdi-Mu ini.

Ampunilah kami karena kami tak cepat memahaminya,

atau malah cenderung mengabaikannya.

Berilah kami kekuatan untuk merelakan dia kembali ke hadapan-Mu.

Sebagai manusia dia tak lepas dari dosa dan kesalahan,

tetapi kami percaya, Dikau yang Rahim, mengampuninya.

Kami percaya, bahwa tempat yang layak telah Kausediakan baginya.

Selama hidupnya, dia banyak menderita karena keyakinannya

maka sekarang ini juga kami ingin menyatukan semua penderitaan yang ditanggung oleh umat-Mu yang menderita karena keyakinan mereka.

Semoga semua penderitaan itu Kauubah menjadi keberanian untuk dengan tekun menjadi saksi-Mu.

Allah yang Maha Agung,

dengan rela kami serahkan dia kepada-Mu kembali.

Hanya kami mohon semoga kenangan akan dia

membuat kami semakin mampu  bekerja sama untuk melanjutkan cita-cita-Mu ketika menciptakan kami:

Hidup sesuai dengan jalan-Mu, jalan kasih, jalan kebenaran, jalan keadilan dan damai.

Ya Allah, lihatlah kami yang dipersatukan oleh sebuah perasaan kehilangan, kehilangan seorang abdi yang telah menjadi sahabat yang menjadi teladan bagaimana berjalan bersama dalam menyusun bagian sejarah negeri ini

Ya Allah, kami mohon agar perasaan kehilangan ini Kauubah menjadi perasaan bahwa kami telah memperoleh terang-Mu, melalui dia, abdimu.

Sejuta lilin ini kami nyalakan

ketika kami dirundung duka karena merasa kehilangan.

Tetapi kami berdoa, agar nyala yang dipancarkan adalah nyala penuh kekuatan untuk mengubah semuanya menjadi kebaikan.

Berilah kami  kekuatan untuk menjaga terang itu,  memancarkannya, mengamalkannya dalam hidup bersama sebagai satu bangsa, bangsa Indonesia.

Dia telah berusaha menunjukkan bagaimana hidup sesuai dengan jalan-Mu,

jalan kasih, jalan kebenaran, jalan keadilan dan damai.

Allah yang baik dan esa

Jadikanlah kami pula abdi-Mu,  untuk melanjutkan apa yang telah dia kerjakan selama ini.

Kami mohon lekas wujudkan kasih-Mu di negeri kami

sehingga kasih, keadilan dan damai dapat kami alami dalam hidup harian kami.

Lekas wujudkan kasih-Mu di negeri kami Indonesia,  yang kami cintai

dan kami percaya,  kaucintai juga.

Raganya telah mati, tetapi semangatnya tetap hidup di hati kami.

Amin

Jakarta, 2 Januari 2010

Johannes Pujasumarta

KWI

Sumber : Mgr Pujasumarta


Januari 8, 2010 at 12:12 am Tinggalkan komentar

Ucapan Belasungkawa dari Vatikan

(Sumber : Mgr Pujasumarta)

Januari 7, 2010 at 10:14 pm Tinggalkan komentar

Mgr Suharyo Resmi Uskup Koajutor KAJ

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah tiga bulan, Uskup Agung Semarang Mgr Ignatius Suharyo Pr akhirnya resmi menjabat sebagai Uskup Koajutor pada Keuskupan Agung Jakarta. Sebagai Uskup Koajutor, Suharyo akan mewakili Uskup Agung Jakarta Mgr Julius Kardinal Darmaatmaja jika ia berhalangan.

Misa Kudus Penerimaan Mgr Suharyo dilakukan di Gereja Katedral Jakarta, Rabu (28/10) pukul 10.00 tadi. Misa dipimpin langsung oleh Mgr Kardinal Julius Darmaatmaja.

Koor dari Paroki Kristus Raja Kampung Duri mendapat kehormatan mengiringi Misa Agung yang dihadiri Duta Besar Vatikan Mgr Leopoldo Girelli, Uskup Bandung Mgr Pujasumarto Pr, dan Uskup Bogor Mgr Cosmas Angkur OFM itu.

Dalam Gereja Katolik ada dua macam uskup pendamping, yakni Uskup Auxilier dan Uskup Koajutor. Uskup Auxilier tidak secara otomatis akan menggantikan uskup lama jika yang bersangkutan tidak bisa menjalankan tugasnya. Sedangkan Uskup Koajutor, seperti yang disandang Mgr Suharyo, secara otomatis akan menggantikan uskup jika yang bersangkutan tidak bisa menjalankan tugasnya.

Untuk sementara, Mgr Suharyo dan Mgr Julius akan tinggal di tempat terpisah, tetapi untuk kegiatan pelayanan ataupun birokrasi keuskupan akan selalu dikomunikasikan.

“Saat ini Uskup Agung Jakarta seakan berkaki empat,” kata Kardinal menganalogikan kondisi di KAJ saat ini. Meski begitu, Kardinal berharap agar umat dapat memperlakukan Mgr Suharyo seperti umat memperlakukan dirinya.

Mgr I Suharyo dalam sambutannya di pengujung perayaan mengungkapkan, dirinya sebenarnya sudah diminta untuk datang ke Jakarta seusai pengangkatannya oleh Paus pada 25 Juli lalu. Akan tetapi, dia meminta waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas pokoknya di Keuskupan Agung Semarang.

Seperti diberitakan, pimpinan tertinggi Gereja Katolik Dunia Paus Benediktus XVI telah menunjuk Mgr Ignatius Suharyo, Uskup Agung Semarang, sebagai Uskup Koajutor Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Sabtu (25/7) pukul 17.00 WIB atau pukul 12.00 waktu Roma.

Sumber : Kompas.com

Terjadilah kekosongan jabatan Uskup KAS ?

Kekosongan jabatan Uskup di Keuskupan Agung Semarang hanya terjadi beberapa jam saja, yaitu sekitar 2 jam, sejak sekitar 10:50 saat Duta Besar Vatican Mgr Leopoldo Girelli menunjukan Bulla Penunjukan kepada Bapak Kardinal Julius Darmaatmadja, Konsultore Jakarta dan umat KAJ hingga pukul 13:30 dimana Romo Pius Riana Prapdi Pr, Vikjen Keuskupan Agung Semarang, terpilih sebagai Administrator Diosesan pada pertemuan Konsultor KAS

Siapa Romo Pius Riana Prapdi Pr ?

Sebelum menjabat sebagai Vikjen KAS sejak 10 Juli 2008, beliau bertugas di Paroki Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta dan menjadi Direktur utama KARINA KAS. Sempat mengikuti study di Italia. Beliau juga pernah bertugas di Paroki Sragen tahun 1997 s/d 1998. Banyak catatan positif dan kenangan manis dari umat Sragen (baik dari anak-anak, kaum muda hingga orang tua) tentang Romo Riana saat ia mendampingi Romo Petrus Soeprijanto, Pr (sebagai Pastor Kepala) bertugas menjadi gembala di Paroki Santa Perawan Maria di Fatima Sragen.

Sumber : Paroki Sragen

(Foto : Komisi KomSos KAJ)

Oktober 29, 2009 at 6:58 pm Tinggalkan komentar

Older Posts


Pengunjung :

  • 49.955

Langganan :

Ad Maiorem Dei Gloriam