Archive for Oktober, 2009

SURAT GEMBALA MGR. I SUHARYO

SURAT GEMBALA MGR.  I  SUHARYO

DALAM RANGKA KEPINDAHAN KE

KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

24/25 OKTOBER 2009

Para Ibu/Bapak,

Para Suster/Bruder/Rama

Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,

1. Sekitar duabelas tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 22 Agustus 1997, saya menulis surat bagi Umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang, dalam rangkamenyiapkan diri, menyongsong Tahun Yubileum Agung tahun 2000. Dalam rangka TahunYubileum itu, almarhum Paus Yohanes Paulus II mengajak kita untuk bergembira dan bersyukur, merasakan kebahagiaan hidup sebagai orang beriman yang dianugerahi keselamatan. Dengan merayakan Tahun Yubileum Agung itu kita juga mengungkapkan

harapan kita akan datangnya tata kehidupan baru yang semakin bersaudara, adil, damai dan sejahtera, “langit baru bumi baru”. Harapan inilah yang selama ini bersama-sama kita perjuangkan perwujudannya dalam berbagai kesempatan dan dengan berbagai cara.

2. Dalam rangka itu pulalah Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dirumuskan, berbagai pedoman diberlakukan serta berbagai wacana – misalnya Gereja sebagai peristiwa, Gereja yang signifikan secara internal relevan secara eksternal, penegasan bersama, pelayanan yang murah hati dan berbagai wacana lain – dilontarkan. Semuanya diharapkan mengalirkan dinamika kehidupan umat beriman yang mengarah ke terbangunnya komunitas alternatif atau komunitas kontras :

yaitu komunitas umat beriman yang hidup berdasarkan nilai-nilai Kerajaan Allah, bukan sekedar mengikuti arus jaman yang tidak selalu membawa kita semakin dekat dengan Allah, sesama dan alam semesta.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

3. Agar harapan itu pelan-pelan dapat menjadi kenyataan, kita diundang untuk selalu membarui diri sebagai murid-murid Yesus. Kisah pengemis buta Bartimeus yang diwartakan pada hari ini dapat membantu kita dalam usaha mengembangkan hidup kita sebagai murid-murid Kristus. Perjumpaan Bartimeus dengan Yesus membuat dirinya yang tadinya buta (Mrk 10:46), menjadi melihat (ay 52). Ia yang tadinya hanya “duduk” (ay 46), lalu “berdiri” (ay 50) pergi mendapatkan Yesus. Ia yang semula hanya “di pinggir jalan” (ay 46), lalu “mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya” (ay 52). Ia menanggalkan jubahnya (ay ay 49), artinya “menanggalkan manusia lama … dan mengenakan manusia baru” (Ef 4:22; bdk Kol 3:9). Sikap dan kata-kata Yesus juga mengubah sikap para murid. Semula mereka menegor pengemis buta itu (Mrk 10:48). Sikapnya tidak bersahabat, kata-katanya tajam. Setelah Yesus menyuruh mereka untuk memanggil si pengemis itu, sikap mereka berubah menjadi bersahabat dan kata-kata mereka meneguhkan. Mereka berkata, “Kuatkan hatimu… Ia memanggil engkau” (ay 49). Tampak jelas bahwa perjumpaan-perjumpaan yang diceritakan dalam kisah ini merupakan saat-saat yang membaharui dan meneguhkan kehidupan.

Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus,

4. Selama dua belas tahun melayani umat di Keuskupan Agung Semarang ini, saya banyak mengalami perjumpaan-perjumpaan seperti itu. Saya merasa diteguhkan dan berkembang dalam imamat serta dalam pelayanan dalam perjumpaan-perjumpaan seperti itu. Maka pada akhir masa pelayanan saya sebagai Uskup di Keuskupan Agung Semarang ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih. Terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Kaum Muda/Remaja dan Anak-anak – pendek kata kaum awam –

atas keterlibatan Ibu/Bapak/Kaum Muda/Remaja dan Anak-anak dalam kehidupan Gereja. Keterlibatan Ibu/Bapak/Kaum Muda/Remaja dan Anak-anak sungguh membuat Gereja kita hidup. Saya berdoa, semoga keluarga-keluarga kita dilimpahi berkat, perlindungan dan damai sejahtera. Terima kasih kepada para Suster dan Bruder atas pilihan hidup, kehadiran dan pelayanan yang para Suster dan Bruder berikan. Kehadiran dan pelayanan para Suster dan Bruder amat menentukan wajah Gereja di Keuskupan Agung Semarang ini. Saya berdoa semoga komunitas-komunitas para Suster dan Bruder menjadi komunitas yang semakin memancarkan kasih Tuhan sendiri. Terima kasih kepada para imam, baik yang berkarya maupun yang tinggal di wilayah Keuskupan Agung Semarang. Kerja keras dan kerelaan untuk bekerjasama di antara para imam menjadikan pelayanan kita semakin murah hati dan cerdas. Saya berdoa agar para imam mengalami kegembiraan batin yang terpancar dalam hidup yang damai serta pelayanan yang semakin total dan tulus.

Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus,

5. Pada tanggal 25 Juli 2009 yang lalu saya ditunjuk oleh Bapa Suci Benediktus XVI untuk menjadi Uskup Agung Koajutor di Keuskupan Agung Jakarta. Saya membutuhkan waktu cukup lama untuk mencoba mengerti dan memaknai kehendak Tuhan dalam penunjukan ini. Saya menerima perutusan ini dengan lapang hati ketika saya sampai pada keyakinan bahwa yang mengutus saya adalah Umat Keuskupan Agung Semarang. Pimpinan Gereja memanggil saya, Keuskupan Agung Semarang mengutus saya dan saya menerimanya karena saya yakin bahwa hidup adalah anugerah yang selalu harus dibagikan. Terima kasih atas sekian banyak doa yang dipanjatkan untuk saya dalam rangka penerimaan tugas baru ini. Kalau pernah ada yang baik yang saya lakukan dalam pelayanan saya selama ini, semuanya itu adalah buah dari doa-doa seluruh umat. Bekal doa ini pulalah yang akan saya bawa dalam menjalankan tugas pelayanan saya selanjutnya. Saya akan berangkat hari Selasa 27 Oktober 2009 dan akan diterima di Keuskupan Agung Jakarta pada hari Rabu 28 Oktober 2009. Marilah kita saling mendoakan agar kita dapat menjalankan perutusan kita masing-masing yang berbeda-beda, demi kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama.

1.Doa rosari bersama umat

Hari pertama bulan sepuluh,

Hati gembira penuh semangat

Bunda Maria tempat berteduh

2. Di hutan hidup kawanan lebah

Di sawah tumbuh rumpun padi

Matahari terus berubah

Kasih Tuhan kekal abadi

Berkah Dalem,

Semarang, 13 Oktober 2009

+ I. Suharyo

Uskup Keuskupan Agung Semarang

Oktober 20, 2009 at 11:01 am Tinggalkan komentar

Paus Serukan untuk Membantu Korban Bencana Alam di Asia dan Pasifik

Pope Benedict XVI

KOTA VATIKAN (UCAN) — Paus Benediktus XVI menyerukan kepada Gereja Katolik di seluruh dunia dan masyarakat internasional untuk membantu mereka yang sedang menderita akibat “bencana alam hebat” belakangan ini di Asia Tenggara dan Pasifik.

“Saya mengajak semua orang bersama saya dalam doa bagi para korban dan orang-orang yang mereka kasihi,” kata Paus kepada ribuan peziarah dari berbagai negara, yang berada di Basilika Santo Petrus pada 4 Oktober untuk mendapat berkatnya.

“Secara spiritual saya dekat dengan orang-orang yang kehilangan tempat tinggal dan bagi semua orang yang mengalami cobaan (karena bencana-bencana ini), dan saya berdoa kepada Allah untuk menolong mereka dalam penderitaan,” katanya, ketika berbicara dari jendela perpustakaannya di Vatikan.

“Saya menyerukan agar solidaritas kita sendiri dan dukungan masyarakat internasional tidak pernah berkurang bagi orang-orang ini,” kata paus dalam sebuah pesan yang disiarkan melalui TV dan radio bagi audiens internasional.

“Saat ini pikiran saya tertuju pada penduduk Pasifik dan Asia Tenggara yang terkena bencana alam yang hebat di hari-hari belakangan ini,” katanya.

Paus mulai dengan menyinggung mereka yang menderita akibat “tsunami di kepulauan Samoa dan Tonga” di Pasifik selatan, yang sedikitnya 176 orang meninggal setelah terjadi gempa bumi dengan kekuatan 8.0 skala Richter di dasar laut pada 29 September.

Paus juga meminta perhatian untuk Asia Tenggara, memperhatikan orang-orang yang menderita akibat “topan di Filipina, yang setelah itu menghantam Vietnam, Laos dan Kamboja.”

Di Filipina pada 27 September, Topan Ketsana menyebabkan kerusakan di Asia Tenggara, menewaskan hampir 300 orang dan memaksa sekitar setengah juta orang ke luar dari rumah mereka . Topan itu bergerak menghantam Vietnam yang menewaskan 162 orang dan 13 lainnya hilang. Akibat topan  itu, 17 orang dinyatakan tewas di Kamboja dan 24 di Laos, demikian laporan media internasional. Filipina yang dihantam lagi Topan Parma pada 3-4 Oktober yang menewaskan 16 orang.

Berikut, Paus menyoroti bencana alam minggu lalu: “Gempa bumi yang mematikan di Indonesia.” Pulau Sumatra terkena gempa berkekuatan 7,6 skala Richter pada 30 September dan sejumlah gempa susulan yang besar. Tidak ada perkiraan yang jelas tentang korban yang tewas. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan sekitar 1.100 orang.

Sebelumnya pemerintah melaporkan 715 tewas dan 3.000 hilang, namun direvisi kembali pada 4 Oktober korban tewas mencapai 603 orang dan 960 hilang. Kota Padang dengan penduduk 900.000 jiwa adalah kota dekat dengan pusat gempa dahsyat itu. Wilayah itu mengalami banyak kerusakan dengan setengah dari jumlah bangunan-bangunannya roboh, demikian media.

“Bencana ini menyebabkan kematian dalam jumlah besar, pengungsian, dan lebih banyak lagi kehilangan tempat tinggal” serta mengakibatkan “kerusakan harta benda dalam jumlah yang luar biasa,” kata Paus.

Pada 2 Oktober, Paus Benediktus mengirim telegram yang menyampaikan solidaritas dengan orang Sumatra yang menderita. Telegram itu ditandatangani atas nama paus oleh Sekretaris Negara Vatikan Tarcisio Kardinal Bertone, dan dikirim kepada Duta Besar Takhta Suci untuk Indonesia Uskup Agung Leopoldo Girelli.

Telegram itu mengatakan, paus “secara mendalam sedih ketika tahu tentang gempa bumi yang mematikan baru-baru ini yang dialami Indonesia.” Paus “berdoa untuk para korban dan keluarga mereka yang berduka, memohon istirahat kekal bagi yang meninggal, dan kekuatan dan penghiburan ilahi bagi semua yang menderita.”

Telegram itu selanjutnya mengatakan bahwa “Paus mendorong para pekerja yang memberi pertolongan dan semua yang terlibat dalam menyediakan bantuan darurat bagi para korban bencana ini untuk pantang mundur dalam usaha mereka guna membawa bantuan, penghiburan, dan dukungan.”

Seluruh bencana alam ini telah diberitakan secara luas oleh media Vatikan, dan media Katolik di Italia yang meminta sumbangan guna mendukung berbagai upaya bantuan.

Radio Vatikan memberitakan permohonan yang menggetarkan akan bantuan dari Uskup Padang Mgr Martinus Dogma Situmorang OFMCap yang menekankan perlunya bantuan dari masyarakat internasional.

Caritas Internasional, federasi internasional Katolik dari badan-badan bantuan Gereja, telah meminta bantuan untuk para korban di semua wilayah yang terkena bencana. Dia tengah mengkoordinasikan pertolongan bantuan bersama unit-unit Caritas di negara-negara yang terkena bencana alam itu.

Paus Benediktus juga menyebut bencana alam lain, meski lebih kecil dekat Roma, ketika ia mengingat 21 orang yang tewas dan 400 orang kehilangan rumah akibat dari banjir baru-baru ini di kota Messina, Italia bagian selatan.



Oleh Gerard O’Connell, Koresponden Khusus di Roma

Oktober 19, 2009 at 10:08 pm 1 komentar

Yang Terpilih untuk Dipecah & Dibagi

Menjadi Uskup bukanlah suatu cita-cita sebab tidak ada sekolah khusus untuk menjadi Uskup. Tetapi bahwa seorang imam dipilih menjadi Uskup, pastilah karena memiliki suatu keistimewaan, baik dalam hal iman, moral dan dalam kebijaksanaan hidup. Singkatnya, seorang yang dipilih menadi Uskup pastilah memiliki kesempurnaan dalam tritugas pelayanan sebagai imam, nabi dan raja. Itulah yang terjadi dalam diri Mgr. I. Suharyo, Uskup Agung Semarang.

Gereja Keuskupan Agung Semarang pantas bersyukur atas segala berkat dari Tuhan atas penggembalaan beliau selama 12 tahun menjadi Uskup di Keuskupan Agung Semarang. Dalam masa penggembalaan beliau, lahirlah beberapa kata kunci yang menuntut Gereja untuk selalu merefleksikan, mengolah dan mengambl suatu tindakan nyata dalam peziarahannya di Keuskupan Agung ini. Membangun komunitas, duduk bersama, pelayanan yang murah hati, adalah sebagian dari sekian kata-kata kunci yang diwariskan oleh Bapa Uskup Mgr. I. Suharyo dalam pelayanannya sebagai Uskup Agung di Keuskupan Agung Semarang.

Bahwa sekarang Bapa Uskup Mgr. I. Suharyo dipindah menjadi menjadi Uskup Koajutor di Keuskupan Agung Jakarta, memunculkan berbagai macam ungkapan, kesan, bahkan pesan-pesan tersendiri. Yang jelas, hampir seluruh umat Keuskupan Agung Semarang, para imam, biarawan dan biarawati merasa kehilangan. Seorang imam mengatakan: “wis, sesuk Semarang diganti Uskup sing elek wae, ben ora usah dipindah-pindah (Dah.. besok Semarang diberi Uskup yang jelek saja, biar tidak dipindah-pindah: hanya masalahnya apakah Roh Kudus akan dapat memilih Uskup yang jelek?) Ungkapan imam itu menunjukkan adanya kekecewaan imam tersebut karena kepindahan Mgr.I. Suharyo. Memang, pindahnya Uskup Agung Semarang sudah merupakan peristiwa yang kedua kalinya setelah sebelumnya yaitu Bapa Kardinal Yulius Darmaatmadja SJ, Uskup Agung Semarang juga dipindah ke Jakarta.

Great moment to share….
Jika kita googling dengan kata kunci “Ignatius Suharyo”, dalam kurun 0.23 detik terkumpul 5.820 artikel. Jika dicari “Mgr. Ignatius Suharyo”, terkumpul hasil 9.440 artikel berbahasa Indonesia dan 949 artikel berbahasa Inggris dalam waktu 0.06 detik. Saya ketik kata kunci “I. Suharyo Pr”, maka tertayang 24.500 hasil dalam waktu 0.27 detik. Apa artinya itu, jika bukan kenyataan bahwa Monsinyur Suharyo “kondhang”? (J. Dwi Harsanto, Pr)

Beliau tidak suka jajan. Dalam hal ini, beliau sangat cocok untuk menggembalakan umat di Jakarta karena kesaksian hidup sederhana menjadi sangat bermakna di tengah maraknya gaya hidup metropolitan yang sarat dengan aktivitas belanja dan kuliner. (CB Mulyatno, Pr).

Aku mikir tentang hal-hal besar demi panggilan dan perutusanku, tapi Rama yang lembut itu berpikir begitu sederhananya. Pelajaran rohani yang kudapatkan dari rama yang lembut ini: hidup tidak boleh berhenti pada bungkus serta pentingnya keheningan dan suka cita dalam hidup dan panggilan. (St. Eka Riyadi, Pr.).
Ungkapan sesanti yang menggunakan unsur tiga (entah tiga kata atau tiga ungkapan peneguh), kerapkali kita dengarkan dan juga kita rasakan. Tiga kata Uskup yang bisa menjadi daya pamungkas adalah “Baik, terima kasih, teruskan”. (FX Sukendar Wignyasumarta, Pr)

Getaran hati Mgr. I. Suharyo telah dinanti di Jakarta. Menggetarkan Jakarta yang mendamba dengan sabda: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku” (Yoh 2:17). Cinta untuk rumah Keuskupan Agung Jakarta menghanguskan hati. Jakarta digetarkan dengan hati: cinta untuk rumah-Mu menggetarkan aku. (P. Riana Prabdi, Pr)

Kanisius

Oktober 13, 2009 at 3:00 pm Tinggalkan komentar

Older Posts Newer Posts


Pengunjung :

  • 49.967

Langganan :

Ad Maiorem Dei Gloriam